Friday, April 12, 2013

ASKEP APP / APPENDICITIS / APPENDICTOMY


 ASKEP APPENDICSITIS / APPENDICTOMY

  1. Pengertian
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil dan panjangnya kira-kira 10 cm melekat pada secum tepat dibawah katup illeosekal (Smeltzer and Bare, 2002: 1897).
Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdoment akut yang paling sering.(Arif Mansjoer, 2003:307)
Appendicstomy adalah pengangkatan appendiks terinfeksi dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan endoscopy. Nama adanya perlengkapan multipel posisi dari appendiks perlu dilakukan prosedur pembedahan. (Doengoes, 2000:508)
  1. Etiologi
Menurut Syamsuhidayat (1997:866) beberapa faktor penyebab appendiksitis antara lain :
1.      sumbatan lumen appendiks
2.      hiperplasia jaringan limfoit
3.      tumor appendiks
4.      fecalit dalam lumen appendiks
5.      erosi mukosa


  1. Manifestasi klinik
Gejala awal yang kas adalah :
1.      nyeri samar didaerah epigastrium disekitar umbilikus atau periumbelikus
2.      keluhan mual atau muntah
3.      nafsu makan menurun (anoreksia)
4.      tanda rovsing
bila letak appendiks retrosekal retroperitoneal yaitu dibelakang sekum (terlindung oleh sekum) tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernafas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.
Bila appendiks terletak di rongga pelvis
a.       Bila appendiks terletak didekat atau menempel pada rectum akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rectum sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).
b.      Bila appendiks didekat atau menempel pada kandung kemih dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih karena rangsangan didindingnya.
  1. Patofisiologi
 Hiperplasia folikel limfoid, fesalit, cacing, tumor appendiks, menyebabkan obstruksi appendiks yang diproduksi mukosa terbendung menyebabkan terjadinya sumbatan. Makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks sehingga mengganggu aliran limfe dan mengakibatkan dinding appendiks oedem serta tonika serosa dan peritoneum viseral. Pada saat inilah terjadi appendiksitis acut fokal yang ditandai oleh nyeri didaerah epigastrium disekitar umbilikus.
Jika sekresi mukus terus berlanjut tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding appendiks. Peradangan yang timbul pun akan semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infrak didinding apendiks yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam keadaan perforasi.
Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus, sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan membentuk jaringan perut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbvasi.  


  







  1. Pemeriksaan Fisik
1.      Pemeriksaan Fisik
a.       Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.
b.      Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan teras nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah ini. Ini desebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).
c.       Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan teras nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang terletak di daerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika.
d.      Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.
2.      Pemeriksan Penunjang
a.       Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.
b.      Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonik dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.
  1. Pengkajian Fokus
1.      Aktivitas atau istirahat
Gejala : malaise
2.      Sirkulasi
Tanda : takikardi
3.      Eliminasi
Gejala : konstipasi pada awitan awal, diare
Tanda : distensi abdomen, nyeri tekan
4.      Makanan cairan
Gejala : anoreksia, mual atau muntah
5.      Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang mengikat berat, terlokalisasi pada titik Mc. Burney
Tanda : perilaku berhati-hati
6.      Keamanan
Tanda : demam
7.      Pernafasan
Tanda : takipnea, pernafasan dangkal

8.      Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : riwayat kondisi lain berhubungan dengan nyeri abdomen.
  1. Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Definisi :
Keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasaketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enambulan atau kurang. (Carpenito, 2000:45).
Batasan karakteristik :
Mayor :
Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan.
Minor :
Mengatupkan rahang, perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya, agitasi, kecemasan, mengorok.
2.      Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah (demam).
Definisi :
Keadaan dimana seorang individu yang tidak puasa beresiko mengalami dehidrasi, vaskuler, interstistial atau intravaskuler (Carpenito, 2000:139)
Batasan karakteristik :

Mayor :
Ketidakcukupan masukan cairan oral keseimbangan negatif antara masukan dan haluaran penurunan berat badan.
Minor :
Peningkatan natrium serum.
Penurunan haluaran urine berlebihan.
Penurunan turgor kulit.
Haus atau mual atau anoreksia.               


3.      Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bed rest total
Definisi :
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis. (Carpenito, 2000:302).
Batasan karakteristik :
Mayor :
Manifestasi gejala fisiologis, emosional, kognitif.
Minor :
Fisiologis : peningkatan tekanan darah.
Emosional : menyatakan ketakutan.
Kognitif : mudah lupa.
4.      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemajanan, terbukanya pertahanan primer.
Definisi :
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko terserang oleh agen patogenik atau oportunistik. (Carpenito, 2000:204).
Faktor risiko :
Prosedur invasif tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan patogen trauma penyakit kronis
5.      Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat anoreksia.


Definisi :
Keadaan dimana seorang individu yang tidak mengalami puasa atau yang beresiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat. (Carpenito, 2000:259).
Batasan karakteristik :
Mayor :
Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami masukan makanan tidak adekuat yang kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan atau kebutuhan-kebutuhan metabolik aktual atau potensial dalam masukan yang berlebihan.
Minor :
Berat badan 10% sampai 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi tubuh, kelemahan otot dan nyeri tekan peka rangsang mental dan kekacauan mental penurunan albumin serum, transferin serum atau kapasitas ikatan besi.
  1. Fokus Intervensi
1.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peradangan (Doenges, 2000:315).
a.       Hasil yang diharapkan :
1)      Klien tampak rileks
2)      Klien dapat beristirahat dengan tenang
3)      Skala nyeri kurang dari tiga
4)      Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
b.      Intervensi :
1)      Kaji karakteristik nyeri dengan menentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri.
2)      Kurangi penekanan pada daerah abdomen.
3)      Pantau tanda-tanda vital.
4)      Anjurkan klien berbaring dengan menekuk kaki kanan.
5)      Anjurkan relaksasi.
6)      Kolaborasi pemberian analgetik.
2.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah (demam) (Doenges, 2000:538).
a.       Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, turgor kulit baik, pengisian kapiler, nadi perifer kuat, dan haluaran urine individu sesuai.

b.      Intervensi :
1)      Awasi masukan dan haluaran cairan
2)      Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa.
3)      Periksa acites atau pembentukan edema.
4)      Kolaborasi pemberian cairan intravena.
3.      Risiko kerusakan itegritas kulit berhubungan dengan bedrest total (Doenges, 2000:355).
a.       Hasil yang diharapkan :
1)      Mengidentifikasi faktor penyebab.
2)      Berpartisipasi untukpenyembuhan dan perbaikan kulit.
b.      Intervensi :
1)      Inspeksi seluruh area kulit, catat pengisian kapiler, adanya pembengkakan.
2)      Observasi adanya drainase dan kemerahan.
3)      Lakukan masase dan lubrikasi dengan minyak atau lotion pada kulit di sekitar luka.
4)      Lakukan perubahan posisi sesering mungkin di tempat tidur.
4.      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemajanan, terbukanya pertahanan primer. (Doenges, 2001).
a.       Hasil yang diharapkan :
1)      Bebas dari infeksi nusokomial selama perawatan di rumah sakit.
2)      Suhu tubuh dalam batas normal.
b.      Intervensi :
1)      Kaji tanda-tanda vital.
2)      Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik.
3)      Kolaborasi pemberian antibiotik.
5.      Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat anoreksia (Doenges, 2000:285).
a.       Hasil yang diharapkan :
1)      Mendemonstrasikan pemeliharaan atau kemajuan peningkatan berat badan sesuai tujuan.
2)      Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi.
b.      Intervensi :
1)      Timbang berat badan tiap hari.
2)      Pertahankan asupan nutrisi adaekuat.
3)      Pertahankan kebersihan mulut.
4)      Konsultasi dengan ahli gizi untuk memberikan diit yang sesuai.

No comments:

Post a Comment