ASKEP APPENDICSITIS / APPENDICTOMY
- Pengertian
Appendiks adalah ujung seperti jari yang
kecil dan panjangnya kira-kira 10 cm melekat pada secum tepat dibawah katup illeosekal
(Smeltzer and Bare, 2002: 1897).
Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdoment akut yang paling
sering.(Arif Mansjoer, 2003:307)
Appendicstomy adalah pengangkatan appendiks terinfeksi dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan
menggunakan endoscopy. Nama adanya
perlengkapan multipel posisi dari appendiks
perlu dilakukan prosedur pembedahan. (Doengoes, 2000:508)
- Etiologi
1. sumbatan lumen appendiks
2. hiperplasia jaringan limfoit
3. tumor appendiks
4. fecalit dalam lumen
appendiks
5. erosi
mukosa
- Manifestasi klinik
Gejala awal yang kas adalah :
1. nyeri samar didaerah epigastrium disekitar umbilikus
atau periumbelikus
2. keluhan mual atau muntah
3. nafsu makan menurun (anoreksia)
4. tanda rovsing
bila letak appendiks retrosekal retroperitoneal
yaitu dibelakang sekum (terlindung
oleh sekum) tanda nyeri perut kanan
bawah tidak begitu jelas dan tidak ada rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul
pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernafas dalam, batuk, dan mengedan.
Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.
Bila appendiks terletak di rongga pelvis
a. Bila appendiks
terletak didekat atau menempel pada rectum
akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid
atau rectum sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat dan
berulang-ulang (diare).
b. Bila appendiks
didekat atau menempel pada kandung kemih dapat terjadi peningkatan frekuensi
kemih karena rangsangan didindingnya.
- Patofisiologi
Hiperplasia
folikel limfoid, fesalit, cacing, tumor appendiks, menyebabkan obstruksi appendiks yang diproduksi mukosa terbendung menyebabkan terjadinya
sumbatan. Makin lama mukus yang
terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks
sehingga mengganggu aliran limfe
dan mengakibatkan dinding appendiks oedem
serta tonika serosa dan peritoneum viseral. Pada saat inilah
terjadi appendiksitis acut fokal yang
ditandai oleh nyeri didaerah epigastrium
disekitar umbilikus.
Jika sekresi mukus terus berlanjut tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya obstruksi
vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding appendiks. Peradangan yang timbul pun
akan semakin meluas dan mengenai peritoneum
setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini
disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila
kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infrak didinding apendiks
yang disusul dengan terjadinya gangren.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis
ganggrenosa. Jika dinding apendiks
yang telah mengalami ganggren ini
pecah, itu berarti apendisitis berada
dalam keadaan perforasi.
Sebenarnya
tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan ini.
Caranya adalah dengan menutup apendiks
dengan omentum, dan usus halus,
sehingga terbentuk massa periapendikuler
yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat
apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis
jaringan berupa abses yang dapat
mengalami perforasi. Namun, jika
tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang dan
selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
Pada
anak-anak, dengan omentum yang lebih
pendek, apendiks yang lebih panjang,
dan dinding apendiks yang lebih
tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua,
perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan perut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan
dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan
keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami
peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbvasi.
- Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan
adanya abdominal swelling, sehingga
pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi
perut.
b. Palpasi
: pada daerah perut kanan
bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan
teras nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis.
Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah.
Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di
perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah ini.
Ini desebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).
c. Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini
dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan
pemeriksaan ini dan teras nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang
terletak di daerah pelvis.
Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis
pada apendisitis pelvika.
d. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator :
pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan
ditahan. Bila apendiks yang meradang
kontak dengan m.obturator internus
yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.
Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis
pelvika.
2. Pemeriksan Penunjang
a. Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan
darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap
ditemukan jumlah leukosit antara
10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP
ditemukan jumlah serum yang
meningkat.
b. Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonik dan CT-scan. Pada pemeriksaan
ultrasonografi ditemukan bagian
memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi
pada apendiks. Sedangkan pada
pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi
serta adanya pelebaran sekum.
- Pengkajian Fokus
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : malaise
2. Sirkulasi
Tanda : takikardi
3. Eliminasi
Gejala : konstipasi pada awitan awal, diare
Tanda : distensi abdomen, nyeri tekan
4. Makanan cairan
Gejala : anoreksia, mual atau muntah
5. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang mengikat berat,
terlokalisasi pada titik Mc. Burney
Tanda : perilaku berhati-hati
6. Keamanan
Tanda : demam
7. Pernafasan
Tanda : takipnea, pernafasan dangkal
8. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : riwayat kondisi lain
berhubungan dengan nyeri abdomen.
- Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan proses peradangan
Definisi :
Keadaan dimana individu
mengalami dan melaporkan adanya rasaketidaknyamanan yang hebat atau sensasi
yang tidak menyenangkan selama enambulan atau kurang. (Carpenito, 2000:45).
Batasan karakteristik :
Mayor :
Komunikasi (verbal atau
penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan.
Minor :
Mengatupkan rahang, perubahan
kemampuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya, agitasi, kecemasan, mengorok.
2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan muntah (demam).
Definisi :
Keadaan dimana seorang
individu yang tidak puasa beresiko mengalami dehidrasi, vaskuler, interstistial atau intravaskuler (Carpenito, 2000:139)
Batasan karakteristik :
Mayor :
Ketidakcukupan masukan cairan oral keseimbangan negatif antara masukan
dan haluaran penurunan berat badan.
Minor :
Peningkatan natrium serum.
Penurunan haluaran urine berlebihan.
Penurunan turgor kulit.
Haus atau mual atau anoreksia.
3. Risiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan bed rest total
Definisi :
Keadaan dimana seorang
individu mengalami atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis. (Carpenito, 2000:302).
Batasan karakteristik :
Mayor :
Manifestasi gejala fisiologis, emosional, kognitif.
Minor :
Fisiologis : peningkatan
tekanan darah.
Emosional : menyatakan
ketakutan.
Kognitif : mudah lupa.
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan
pemajanan, terbukanya pertahanan primer.
Definisi :
Keadaan dimana individu
mengalami atau beresiko terserang oleh agen
patogenik atau oportunistik.
(Carpenito, 2000:204).
Faktor risiko :
Prosedur invasif tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan patogen trauma penyakit kronis
5. Risiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder
akibat anoreksia.
Definisi :
Keadaan dimana seorang
individu yang tidak mengalami puasa atau yang beresiko mengalami penurunan berat
badan yang berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat. (Carpenito, 2000:259).
Batasan karakteristik :
Mayor :
Individu yang tidak puasa melaporkan
atau mengalami masukan makanan tidak adekuat yang kurang dari yang dianjurkan
dengan atau tanpa penurunan berat badan atau kebutuhan-kebutuhan metabolik aktual atau potensial dalam masukan yang
berlebihan.
Minor :
Berat badan 10% sampai 20%
atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi tubuh, kelemahan otot dan
nyeri tekan peka rangsang mental dan kekacauan mental penurunan albumin serum, transferin serum atau kapasitas ikatan besi.
- Fokus Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
peradangan (Doenges, 2000:315).
a. Hasil yang diharapkan :
1) Klien tampak rileks
2) Klien dapat beristirahat dengan tenang
3) Skala nyeri kurang dari tiga
4) Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan
hilang atau terkontrol
b. Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri dengan menentukan
sifat, lokasi dan durasi nyeri.
2) Kurangi penekanan pada daerah abdomen.
3) Pantau tanda-tanda
vital.
4) Anjurkan klien berbaring dengan menekuk
kaki kanan.
5) Anjurkan relaksasi.
6) Kolaborasi pemberian analgetik.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan muntah (demam) (Doenges, 2000:538).
a. Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, turgor kulit baik, pengisian kapiler,
nadi perifer kuat, dan haluaran urine
individu sesuai.
b. Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran cairan
2) Kaji tanda
vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa.
3) Periksa acites atau pembentukan edema.
4) Kolaborasi pemberian cairan intravena.
3. Risiko kerusakan itegritas kulit
berhubungan dengan bedrest total
(Doenges, 2000:355).
a. Hasil yang diharapkan :
1) Mengidentifikasi faktor penyebab.
2) Berpartisipasi untukpenyembuhan dan
perbaikan kulit.
b. Intervensi :
1) Inspeksi seluruh area kulit, catat
pengisian kapiler, adanya
pembengkakan.
2) Observasi adanya drainase dan kemerahan.
3) Lakukan masase dan lubrikasi
dengan minyak atau lotion pada kulit di sekitar luka.
4) Lakukan perubahan posisi sesering mungkin
di tempat tidur.
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan
pemajanan, terbukanya pertahanan primer. (Doenges, 2001).
a. Hasil yang diharapkan :
1) Bebas dari infeksi nusokomial selama perawatan di rumah sakit.
2) Suhu tubuh dalam batas normal.
b. Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda
vital.
2) Lakukan pencucian tangan yang baik dan
perawatan luka aseptik.
3) Kolaborasi pemberian antibiotik.
5. Risiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder
akibat anoreksia (Doenges, 2000:285).
a. Hasil yang diharapkan :
1) Mendemonstrasikan pemeliharaan atau
kemajuan peningkatan berat badan sesuai tujuan.
2) Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi.
b. Intervensi :
1) Timbang berat badan tiap hari.
2) Pertahankan asupan nutrisi adaekuat.
3) Pertahankan kebersihan mulut.
4) Konsultasi dengan ahli gizi untuk
memberikan diit yang sesuai.
No comments:
Post a Comment